Tadabbur Rubu’ ke-01 Al-Qur’an al-Karim

0
248

Oleh: Dr. Wido Supraha, M.Si.

Rubu’ ke-01 adalah Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [1] ayat 1-25 pada halaman 2-5 dari Mushaf Utsmani. Sebagaimana ciri Surat Madaniyah, pada Rubu’ ini, Allah SWT sentiasa mengkorelasikan antara keimanan dan amal shalih, dan menegaskan bahwa setiap amal shalih hendaknya dibangun di atas pondasi keimanan. Amal yang tidak dibangun di atas keimanan akan berakhir pada kesia-siaan. Atas dasar inilah manusia terbagi pada 3 (tiga) golongan secara umum, sebagaimana akan dijelaskan.

Berikut ini sebagian kecil pelajaran yang dapat kita ambil dari Rubu’ ke-01, sebagai berikut:

1. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 1

 الم

Alif lam mim

  1. Di antara pembuka-pembuka surat (fawatih as-suwar) di dalam Al-Qur’an
  2. Terdapat 14 huruf yang Allah gunakan sebagai pembuka dari 29 surat: alif, lam. mim. sad, ra, kaf, ha, ya, ‘ain, ta, sin, ha, qaf, dan nun, dan masing-masing di antaranya ada yang masuk dalam huruf-huruf mahmus, majhur, rakhwah, syadidah, mutabbaqah, mafhihah, musta’liyah, munkhafidah, dan juga qalqalah
  3. Pembuka surat dengan jenis seperti ini ada yang hanya satu huruf, misalnya shad, nun, dan qaf, ada yang dua huruf, misalnya ha mim: tiga huruf seperti Alif lam mim; dan empat huruf, seperti Alif lam mim ra dan Alif lam m’im shad; serta lima huruf, seperti kaf ha ya ‘ain sad dan ha mim ‘ain sin qaf. Tidak ada yang lebih dari lima huruf.
  4. Umumnya setiap surat yang diawali dengan jenis seperti ini akan menegaskan keutamaan Al-Qur’an dan keagungan kandungannya
  5. Allah SWT memulai dengan Alif-Lam-Miim untuk membelajarkan para pembacanya, bahwa:
    – Jangan remehkan membaca setiap huruf dalam Al-Qur’an, karena tidaklah peradaban dibangun kecuali oleh orang-orang yang beradab, yang berawal dengan menegakkan adabnya dimulai dari menegakkan setiap huruf dalam Al-Qur’an
    – Kondisikanlah jiwa dan perhatianmu, karena engkau sedang membaca jamuan dari Allah (ma’dubatullah) dan meresapkan seluruh kandungan makna dari bacaanmu ke dalam jiwamu, sehingga menenangkan jiwamu dan menggerakkan kalbumu untuk hidup dan ber-ghirah tinggi

2. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 2

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

  1. Kitab Al-Qur’an adalah sumber adab, sumber kebenaran, dan sumber hidayah bagi orang-orang yang bertakwa, maka janganlah engkau dekati dengan penuh keraguan agar engkau mendapatkan keyakinan, ketenangan jiwa, yang akan menggerakkan produktifitas amal
  2. Di dunia ini sejatinya hanya ada 3 (tiga) jenis manusia, yakni 1) Bertakwa; 2) Kafir; dan 3) Munafik
  3. Menarik sekali karena di rubu’ pertama ini, Allah SWT menarasikan orang-orang yang bertakwa dengan 5 (lima) ayat-Nya, orang-orang kafir dengan 2 (dua) ayat-Nya, namun membutuhkan 13 (tiga belas) ayat untuk menarasikan orang-orang munafik
  4. Ketakwaan itu jelas, kekafiran itu pun jelas, namun kemunafikan adalah sifat yang sangat berbahaya, karena ia tidak tampak seketika kecuali kelak melalui kerusakan-kerusakan yang diperbuatnya secara sistematis
  5. Allah SWT menarasikan sifat-sifat keburukan atau kegagalan manusia pada lebih banyak ayat daripada kebaikan atau kesuksesan manusia, menegaskan bahwa meniti jalan kesuksesan dilalui dengan banyak belajar dari jalan kegagalan orang-orang terdahulu. Bahwa ketika seseorang menjaga dirinya dari jalan kegagalan, sejatinya pada saat itu ia telah meniti jalan kesuksesan

3. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 3

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3)


(yaitu) orang-orang yang beriman kepada yang gaib
yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

  1. Pintu masuk orang-orang bertakwa adalah ketika ia meyakini bahwa yang tidak terlihat oleh mata lahirnya (zhahir, syahadah) belum tentu tidak wujud. Ketakwaan dimulai dengan mengimani yang ghaib, sesuatu yang hanya dapat dilihat oleh mata batin seseorang yang jernih, bersama akalnya yang berpandukan wahyu
  2. Ketika seseorang telah mengenal Allah SWT, maka akan hadir kerinduan untuk mengekspresikan cintanya kepada Allah SWT, Dzat yang telah ia kenali hakikatnya. Shalat dan zakat adalah dua amal utama sebagai wujud ekspresi cinta seorang hamba, makhluk kepada Khalik

4. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 4

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4)


dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

  1. Siapapun yang dalam sepanjang sejarah peradaban berpegang teguh dengan Kitab Suci yang didakwahkan oleh para Nabi dan Rasul, maka ia akan selalu mendapatkan petunjuk dari Allah SWT

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 5

أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5)

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk Tuhannya, dan me-rekalah orang-orang yang beruntung.

  1. Al-Qur’an adalah sumber hidayah. Hidayah itu tidak ditunggu tapi dicari. Mencarinya melalui proses pemaknaan dalam seluruh kandungan ayat-ayat Allah SWT.
  2. Orang-orang yang sukses adalah orang-orang yang mendapatkan hidayah dan Allah jaga hidayah dalam jiwanya hingga akhir hayatnya

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 6-7

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6)

خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (7)

6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
7. Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat.

  1. Hakikat orang-orang kafir sangatlah mudah dan sederhana. Mereka adalah orang-orang yang tidak percaya kepada Allah dan Rasulullah SAW. Hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutupi (covered) dari cahaya kebenaran dikarenakan ketidakmampuan mereka dalam menata hawa nafsu agar selalu berpandukan wahyu, sehingga jiwanya selalu mengikuti apa kata hawa nafsunya, meskipun berbeda daripada ilmu

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 8-9

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9)

Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak sadar.

  1. Hakikat orang-orang munafik adalah tidak samanya antara perkataan dan perbuatan. Apa yang tampak di depan berbeda jauh dengan apa yang dilakukan di belakang kita. Bahkan mereka terbiasa membawa nama-nama Allah untuk menutupi keburukan mereka.

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 10

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10)

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakit-ya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

  1. Sifat kemunafikan tersebut disebabkan hati mereka menderita penyakit dan mereka tidak berusaha mengobatinya sehingga penyakit itu bertambah parah

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 11-12

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12)

Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi:” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadarinya.

  1. Begitu kotornya hati mereka sehingga mereka tidak bisa membedakan mana perbuatan yang membawa pada perbaikan (ishlah) dan mana yang membawa pada kerusakan (ifsad)

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 13

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ (13)


Apabila dikatakan kepada mereka.”Berimanlah kalian sebagaimana orang lain telah beriman.” Mereka menjawab, Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang 

  1. Akal mereka mengatakan bahwa akal orang-orang yang beriman itu terbatas. Mereka merasa bebas tanpa iman, padahal sejatinya akal mereka pastilah dibatasi oleh pengalaman hidup (experience), bacaan (reading), dan lingkungan (environment). Laksana katak dalam tempurung, kebebasan mereka ternyata semu, karena dibatasi oleh banyak hal. Sementara iman justru membawa akal mereka keluar jauh dari titik keterbatasan mereka kepada apa-apa yang sebelumnya mereka tidak ketahui tentang kejadian masa awal, apa yang akan terjadi di masa akhir, bahkan mereka tidak mengetahui hakikat diri mereka sendiri. Masihkan mereka mengatakan bahwa akal orang-orang beriman itu jauh lebih terbatas daripada akalnya?

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 14-15

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15)

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami sependirian dengan kalian, kami hanyalah ber-olok-olok.” Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.

  1. Sifat kemunafikan membuat mereka tidak merasa berdosa mempermainkan agama beserta seluruh ajarannya yang suci

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 16

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (16)

Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.

  1. Hidup sejatinya adalah perdagangan (tijarah) antara makhluk dengan Khalik. Juallah harta dan jiwamu untuk dibalas dengan Jannah, jangan sebaliknya, jangan engkau jual iman dan ilmumu untuk diganti dengan Neraka

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 17-18

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ (17) صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ (18)

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta; maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).

  1. Siapapun yang meninggalkan iman, mereka meninggalkan cahaya Allah, maka tentu mereka akan berada dalam kegelapan, sehingga tidak lagi dapat melihat mana kebenaran dan mana jalan kesesatan dan kesia-siaan. Semakin lama, mereka akan mulai menerima kesesatan dan kesia-siaan sebagai sebuah kewajaran bahkan kebenaran. Mereka tidak lagi mau mendengarkan arahan-arahan keselamatan maka semakin jauhlah mereka dalam lorong kegelapan yang seakan tidak berujung

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 19-20

أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ (19) يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (20)


Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh, dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu; dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu
.

  1. Tafakkuri seluruh ciptaan Allah dan seluruh peristiwa di alam semesta. Resapilah betapa banyak kenikmatan yang telah Allah berikan kepada manusia, seperti misalkan diturunkannya air hujan untuk membasahi bumi yang mati sehingga hidup dan bersemi. Tafakkur alam adalah salah satu sarana paling efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 21-22

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22)

Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian. Karena itu, janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui.

  1. Terkadang manusia hanya melihat ‘uang’ sebagai rezeki, padahal terus mengalir rezeki dari Allah SWT untuknya baik apa yang dibutuhkan di bumi dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, juga dari kesehatan dari seluruh anggota tubuhnya yang tidak ternilai harganya kalau sudah rusak dan sakit. Bersyukurlah.

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 23-24

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نزلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (23) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (24)

Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolong kalian selain Allah, jika kalian orang-orang yang memang benar. Maka jika kalian tidak dapat membuat(nya) dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah diri kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.

  1. Al-Qur’an mendorong manusia untuk membaca keseluruhan isinya, lafazh dan makna. Al-Qur’an mendorong manusia memahami pesan-pesan Allah secara holistik dan sempurna.
  2. Rubu’ ini diawali dengan dorongan agar tidak mendekati Al-Qur’an dengan keraguan, dan ditutup juga dengan tantangan kepada orang-orang yang masih ragu untuk dapat mengalahkan keraguannya melalui kerja-kerja ilmiah dan penghayatan mendalam

5. Q.S. Al-Baqarah [1] ayat 25

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (25)

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci, dan mereka kekal di dalamnya.

  1. Iman yang dilanjutkan dengan amal shalih, atau amal shalih yang dibangun di atas iman, adalah rumus kesuksesan di Akhirat, maka tingkatkanlah kualitas dan kuantitas iman dan amal shalih di dunia.

Demikian sebagian kecil pelajaran dari Rubu’ ke-01 ini, semoga mampu kita pahami dan dijadikan panduan dalam amal shalih kita di kehidupan ini.

INFORMASI PPDB

Info Pendaftaran

Follow @daarululuum1911

#daarululuummjlk#pondokpesantren#pesantren#santri#sekolahmjl#pui#abdulhalim#ppdbdu#ppdb